Varietas Tebu VMC 71-238 Usulan PTPN X dan P3GI Dilepas (Bagian I)
PTPN X bekerjasama dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) mengajukan pada tim penilai varietas perkebunan Ditjen Perkebunan untuk melepas varietas tebu VMC 71-238 sebagai klon unggul masak awal sampai dengan tengah dengan kadar sabut tinggi.
Syahrial Koto, Kepala Pusat Penelitian Gula Jengkol, lembaga penelitian di bawah PTPN X menyatakan varietas ini diajukan sebagai alternatif pengganti varietas lama yang sudah mengalami degenerasi keunggulan genetik.
Program penataan varietas tebu memerlukan komposisi tipe kemasakan varietas yang seimbang agar rendemen selama masa giling (periode awal, tengah dan akhir) selalu pada puncaknya. Terbatasnya kategori varietas masak awal dan tengah yang tersedia di petani dan pekebun menjadi kendala dalam pengaturan komposisi varietas tebu yang ditanam. Hal ini penting mengingat 97% dari pasok bahan baku tebu berasal dari tebu rakyat.
Hal penting lainnya yang mendapat perhatian dan sekaligus menjadi bagian dari grand strategy di PTPN X yang dikenal dengan EDO( Efisiensi, Diversifikasi, dan Optimalisasi) adalah efisiensi penggunaan uap dengan penerapan teknologi elektrifikasi di stasiun gilingan, sehingga penggunaan ampas sebagai bahan bakar dapat dihemat secara signifikan. Ampas merupakan by product pabrik gula yang digunakan untuk menghasilkan uap dan listrik selama proses giling. Sebagian ampas juga digunakan diluar musim giling sebagai bahan bakar boiler untuk operasional pabrik bioethanol PT Enero, Mojokerto yang merupakan anak perusahaan PTPN X.
Dengan tercapainya efisiensi, maka akan terjadi surplus ampas yang dapat disimpan sebagai cadangan untuk keperluan awal giling tahun depan dan membantu pabrik gula lain di PTPN X yang kekurangan ampas. Ke depan, sejalan dengan EDO juga telah direncanakan diversifikasi usaha melalui “co-generation” yaitu membangun pembangkit listrik yang menggunakan surplus ampas sebagai sumber bahan baku yang bersifat terbarukan.
Pada umumnya pabrik gula yang mengalami defisit ampas sering terjadi jam berhenti karena kondisi ampas yang basah dan daya bakar yang rendah. Daya bakar erat kaitannya dengan kadar sabut yang dipengaruhi oleh varietas tebu dan umur tebu saat dipanen.
Dari hasil penelitian menunjukkan VMC 71-238 ini termasuk dalam kategori masak awal hingga tengah dengan produktivitas serta kadar sabut yang tinggi. Varietas introduksi ini berasal dari Philipina yang merupakan hasil pertukaran varietas pada CFC/ISO/20 Project tahun 2000-2005.
Program ini bagian dari Project Agreement Sugarcane Variety Improvement in South East Asia and The Pasific for Enhanced and Sustainable Productivity antara International Sugar Organization (ISO) dengan Philipine Sugar Research Institute Foundation dan Common Fund for Commodities dimana ada 5 negara yang berpartisipasi yaitu Bangladesh, Malaysia, Philipina dan Thailand, dan Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh P3GI Pasuruan.
Sumber: Media Perkebunan, edisi 139, Juni 2015 halaman 42-43
Terdapat 0 komentar
Silahkan tambahkan komentar