PTPN X Jajaki Pemanfaatan Ampas Tebu untuk Bioetanol

Terbit pada Sabtu, 12 Oktober 2013

Press Release: PTPN X Jajaki Pemanfaatan Ampas Tebu untuk Bioetanol

 

SURABAYA-  PT  Perkebunan  Nusantara  X  (Persero)  atau  PTPN  X  mengoptimalkan limbah  padat  tebu  berupa  ampas  (bagasse)  sebagai  sumber  energi.  Perusahaan perkebunan  pelat  merah  tersebut  memaksimalkan  potensi  ampas  tebu  untuk  sumber bahan bakar sekaligus pengembangan energi terbarukan.

Dirut  PTPN  X  Subiyono  mengatakan,  proses  pengolahan  tebu  menjadi  gula menghasilkan sejumlah produk samping, seperti ampas dan tetes. Sekitar 30% bagian tebu dalam proses produksi gula akan menjadi ampas.  Apabila  per tahun ada sekitar 6 juta ton tebu yang digiling di pabrik gula milik PTPN X, maka setidaknya tersedia 1 ,8 juta  ton  ampas  tebu,  dengan  asumsi  digunakan  untuk  operasional  PG  sekitar  1,3-1,5 juta ton  dan  sisanya  yang  dapat  dikonversi menjadi bioetanol.  Sekedar informasi, satu unit pabrik bioetanol generasi ketiga ini membutuhkan ampas minimal 500 ton per hari.

"Potensi ampas tebu yang besar itu bisa digunakan untuk subsitusi bahan bakar minyak (BBM)  di  pabrik  gula  sekaligus  untuk  mengembangkan  energi  terbarukan  berupa
bioetanol," kata Subiyono yang juga Ketua Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi).

Subiyono  mengatakan,  PG-PG  di  lingkungan  PTPN  X  telah  mengoptimalkan  ampas sebagai pengganti BBM untuk proses produksi gula. Hal tersebut  berpengaruh positif terhadap peningkatan efisiensi, sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Biaya BBM di PG-PG milik PTPN X tercatat menurun dari Rp130 miliar pada 2007 menjadi Rp 4 miliar pada 2012.

Adapun untuk pengembangan energi terbarukan berupa bioetanol berbasis ampas tebu, Subiyono  mengatakan,  potensinya  sangat  tinggi.  Pengembangan  bioetanol  dengan ampas tebu juga lebih murah dibanding menggunakan tetes tebu (molasses).

"Untuk satu liter bioetanol, butuh lima kilogram ampas. Lima kilogram ampas itu kira kira harganya Rp 1.000," ujarnya.

Adapun jika menggunakan tetes tebu, butuh empat kilogram tetes  untuk menghasilkan satu liter bioetanol. Empat kilogram tetes tebu itu jika dirupiahkan harganya sekitar Rp 4.000. "Jadi pengembangan bioetanol menggunakan ampas menjanjikan profit margin yang lebih tebal ketimbang menggunakan tetes tebu," ujar Subiyono.

PTPN X sendiri kini sudah memiliki pabrik bioetanol berbasis tetes tebu yang terletak dalam  kompleks  Pabrik  Gula  Gempolkrep  di  Mojokerto,  Jawa  Timur. Subiyono menuturkam,  Indonesia  mempunyai  potensi  produksi  energi  alternatif  yang  ramah lingkungan  berupa  bioetanol  dari  limbah  pertanian  atau  biomass,  termasuk  limbah padat industri gula, yaitu ampas tebu. "Ini harus kita optimalkan," ujarnya.

Subiyono  menambahkan,  optimalisasi  penggunaan  ampas  tebu  akan  dijadikan  salah satu indikator kinerja (key performance indicator/KPI) pabrik gula di lingkungan PTPN X. "Jika PG tidak bisa menghasilkan ampas tebu, patut dipertanyakan kinerjanya. Itu akan jadi bahan evaluasi," kata dia.

Jika PG sudah bisa menghasilkan ampas dalam proses produksi gula, maka tidak terlalu perlu banyak BBM. Kontinuitas dalam menghasilkan ampas juga menunjukkan operasi PG berjalan lancar dengan jam berhenti giling yang minim.

Dari sisi budidaya (on-farm), optimalisasi penggunaan ampas tebu menunjukkan tebu dipanen  saat  benar-benar  matang,  sehingga  kadar  sabutnya  tinggi.  "Jadi memaksimalkan  potensi  ampas  tebu  ini  memberi  banyak  manfaat  dan  menunjukkan indikator kinerja budidaya dan pengolahan PG," pungkasnya.

Terdapat 1 komentar

Inoe Kertapati said on May 15, 2016
Saya sambut baik upaya pak Dirut untuk mengoptimalkan pemanfaatan limbah pabrik gula (ampas/bagasse) menjadi Bioethanol. Sekalian manfaatkan juga sampah lainnya yg berupa daun tebu untuk diolah menjadi (cellulosic) ethanol juga. Mari Kita manfaatkan potensi yang ada di sekitar kita untuk dimanfaatkan

Silahkan tambahkan komentar