PTPN X Jajaki Pemanfaatan Ampas Tebu untuk Bioetanol
Press Release: PTPN X Jajaki Pemanfaatan Ampas Tebu untuk Bioetanol
SURABAYA- PT Perkebunan Nusantara X (Persero) atau PTPN X mengoptimalkan limbah padat tebu berupa ampas (bagasse) sebagai sumber energi. Perusahaan perkebunan pelat merah tersebut memaksimalkan potensi ampas tebu untuk sumber bahan bakar sekaligus pengembangan energi terbarukan.
Dirut PTPN X Subiyono mengatakan, proses pengolahan tebu menjadi gula menghasilkan sejumlah produk samping, seperti ampas dan tetes. Sekitar 30% bagian tebu dalam proses produksi gula akan menjadi ampas. Apabila per tahun ada sekitar 6 juta ton tebu yang digiling di pabrik gula milik PTPN X, maka setidaknya tersedia 1 ,8 juta ton ampas tebu, dengan asumsi digunakan untuk operasional PG sekitar 1,3-1,5 juta ton dan sisanya yang dapat dikonversi menjadi bioetanol. Sekedar informasi, satu unit pabrik bioetanol generasi ketiga ini membutuhkan ampas minimal 500 ton per hari.
"Potensi ampas tebu yang besar itu bisa digunakan untuk subsitusi bahan bakar minyak (BBM) di pabrik gula sekaligus untuk mengembangkan energi terbarukan berupa
bioetanol," kata Subiyono yang juga Ketua Ikatan Ahli Gula Indonesia (Ikagi).
Subiyono mengatakan, PG-PG di lingkungan PTPN X telah mengoptimalkan ampas sebagai pengganti BBM untuk proses produksi gula. Hal tersebut berpengaruh positif terhadap peningkatan efisiensi, sehingga meningkatkan profitabilitas perusahaan. Biaya BBM di PG-PG milik PTPN X tercatat menurun dari Rp130 miliar pada 2007 menjadi Rp 4 miliar pada 2012.
Adapun untuk pengembangan energi terbarukan berupa bioetanol berbasis ampas tebu, Subiyono mengatakan, potensinya sangat tinggi. Pengembangan bioetanol dengan ampas tebu juga lebih murah dibanding menggunakan tetes tebu (molasses).
"Untuk satu liter bioetanol, butuh lima kilogram ampas. Lima kilogram ampas itu kira kira harganya Rp 1.000," ujarnya.
Adapun jika menggunakan tetes tebu, butuh empat kilogram tetes untuk menghasilkan satu liter bioetanol. Empat kilogram tetes tebu itu jika dirupiahkan harganya sekitar Rp 4.000. "Jadi pengembangan bioetanol menggunakan ampas menjanjikan profit margin yang lebih tebal ketimbang menggunakan tetes tebu," ujar Subiyono.
PTPN X sendiri kini sudah memiliki pabrik bioetanol berbasis tetes tebu yang terletak dalam kompleks Pabrik Gula Gempolkrep di Mojokerto, Jawa Timur. Subiyono menuturkam, Indonesia mempunyai potensi produksi energi alternatif yang ramah lingkungan berupa bioetanol dari limbah pertanian atau biomass, termasuk limbah padat industri gula, yaitu ampas tebu. "Ini harus kita optimalkan," ujarnya.
Subiyono menambahkan, optimalisasi penggunaan ampas tebu akan dijadikan salah satu indikator kinerja (key performance indicator/KPI) pabrik gula di lingkungan PTPN X. "Jika PG tidak bisa menghasilkan ampas tebu, patut dipertanyakan kinerjanya. Itu akan jadi bahan evaluasi," kata dia.
Jika PG sudah bisa menghasilkan ampas dalam proses produksi gula, maka tidak terlalu perlu banyak BBM. Kontinuitas dalam menghasilkan ampas juga menunjukkan operasi PG berjalan lancar dengan jam berhenti giling yang minim.
Dari sisi budidaya (on-farm), optimalisasi penggunaan ampas tebu menunjukkan tebu dipanen saat benar-benar matang, sehingga kadar sabutnya tinggi. "Jadi memaksimalkan potensi ampas tebu ini memberi banyak manfaat dan menunjukkan indikator kinerja budidaya dan pengolahan PG," pungkasnya.
Terdapat 1 komentar
Silahkan tambahkan komentar